Chairil (baca Khairil) Anwar dilahirkan di Medan 26 Juli 1922. la tidak tamat MULO namun ia menguasa bahasa Belanda Inggris, dan Jerman yang dipelajarinya secara otodidak. Bekal bahasa asingnya yang baik itulah, yang membuatnya dapat memahami ruisi-puisi para penyair asing la mampu menerjemahkan, menyadur dan juga menciptakan karya-karyanya yang khas yang mendobrak semua tatanan yang telah baku.
Menurut catatan, karya Chairil Anwar berupa 70 puisi asli, 10 puisi terjemahan, 4 puisi saduran dan 4 prosa terjemahan. Sekalipun tidak banyak karyanya, namun semua karyanya mencirikan kekuatan pendobrakannya pada tatanan yang telah baku itu. Karya-karyanya jauh berseberangan dengan pola keindahan sastra yang dihasilkan para Pujangga Baru, namun justru karena pemberontakannya itu keindahan karyanya malah terasa menguat.
Sayang, masa hidup penyair nyentik ini tidak lama. la meninggal karena penyakit TBC pada 28 April 1949 di Jakarta. Jazadnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta.
Setelah kematiannya, puisi-puisinya diterbitkan dalam buku kumpulan puisi bertajuk: Kerikil Tajam dan Yang Terempas, Deru CampurDebu, dan Tiga Menguak Takdir. Sekalipun ia telah tiada, namun puisi-puisinya tetap hidup, dibaca dan dihapal jutaan anak-anak Indonesia dari generasi ke generasi berikutnya.