Basuki Rahmat dilahirkan di Tuban, 4 November 1921. Semula ia ingin menjad guru hingga ia meneruskan pendidikannya pada Sekolah Guru Muhammadiyah Yogyakarta. Namun ternyata ia tidak meneruskan minatnya menjadi pengajar dan kemudian memasuki dunia militer la mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) selama pendudukan Jepang Selepas pendidikan PETA, Basuki Rahma ditempatkan di daerah Pacitan dengan pangkat shodancho (Komandan Pelopor), Basuki Rahmat terus berkecimpung dalam dunia militer la terlibat aktif dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Maospati. Sosok kepemimpinannya yang menonjol menyebabkan ia ditunjuk menjadi Komandan Batalyon 2 Resimen 31 Divisi IV/Ronggolawe dan kemudian ditunjuk menjadi Komandan Batalyon 16
Brigade 5 Divisi I Jawa Timur. Di jaman kemerdekaan ia pernah ditugas negara untuk menjadi Atase Militer Republik Indonesia di Australia dan juga pernah menjadi Komandan Komando Daerah Militer (KODAM) VII/Brawijaya dengan pangkat Mayor Jenderal. Ia juga terlibat aktif dalam mengembalikan Irian Barat kepangkuan Ibu Pertiwi dalam peristiwa Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Basuki Rahmat turut melakukan penumpasan gerakan 30 S PKI. Atas keberhasilannya, Basuki Rahmat kemudian diangkat menjadi Deputi Khusus Menteri/Panglima Angkatan Darat. Ia bersama Muhammad Yusuf dan Amir Mahmud menghadap Presiden Soekarno hingga lahirlah kemudian Supersemar yang sangat terkenal itu.
Basuki Rahmat menjabat Menteri Dalam Negeri berturut-turut dalam 4 Kabinet, dimulai dari Kabinet Dwikora II, Kabinet Ampera 1, Kabinet Ampera II, dan Kabinet Pembangunan I. Basuki Rahmat wafat pada tanggal 8 Januar 1969. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, dengan upacara kebesaran militer.
Pemerintah Indonesia mengangkat Basuki Rahmat selaku Pahlawan Pembela Kemerdekaan tak lama setelah kematiannya, 1969.