Kisah Tentang Peringatan Allah Bagi Orang Yang Telah Memasuki Usia Senja



عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِنَّ اللهَ يَنْظُرُ اِلَى وَجْهِ الشَّيْخِ صَبَاحًا وَ مَسَاءً وَ يَقُولُ يَا عَبْديْ قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ وَ رَقَّ جِلْدُكَ وَ دَقَّ عَظِمُكَ وَاقْتَرَبَ اَجَلُكَ وَ حَانَ قَدوْمُكَ اِلَيَّ فَاسْتَحْيِ مِنِّيْ فَأَنَا اَسْتَحْيِ مِنْ شَيْبَتِكَ اَنْ اُعَذِّبَكَ فِى النَّارِ

Artinya : “ Dari Anas bin Malik dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah SWT melihat wajah orang tua di waktu pagi dan sore, seraya berfirman : Wahai hamba-Ku, usiamu telah tua, kulitmu telah keriput, tulang-tulangmu telah merapuh, ajalmu telah mendekat, dan telah tiba saatnya kedatanganmu kepada-Ku. Oleh karena itu, malulah kamu kepadaku, maka Aku akan malu untuk menyiksamu di neraka karena ubanmu (ketuaanmu).


Malaikat Mikail Menahan Terbit Matahari Sebab Ali bin Abi Thalib

Diceritakan bahwa suatu ketika sayyidina Ali kw. pergi tergesa-gesa menuju masjid untuk menunaikan shalat Subuh secara berjamaah. Di tengah perjalanan menuju mesjid itu, Ali bertemu dengan orang tua yang berjalan di depannya secara pelan, tenang dan berwibawa. Sekalipun Ali sedang terburu-buru ke masjid, tetapi ia tidak mendahului orang tua itu, karena rasa hormat dan memuliakan orang tua tersebut. Begitu pelannya perjalanan itu, hingga hampir tiba waktu terbitnya matahari.

Tetapi ketika orang tua tersebut mendekati masjid, ternyata ia tidak masuk ke dalam masjid, Ali baru mengetahui bahwa dia adalah orang Nasrani.

Selanjutnya Ali segera masuk ke dalam masjid, dan menjumpai Rasulullah SAW dalam keadaan ruku’. Beliau SAW memanjangkan ruku’nya kira-kira dua kali lipat, sehingga Ali ra dapat menyusul dan ikut shalat berjamaah bersama beliau.

Setelah selesai shalat Ali bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, mengapa engkau memanjangkan ruku’ dalam shalat ini ? Padahal engkau belum melakukan ruku’ seperti ini.” Rasulullah SAW menjawab : “Ketika aku ruku’ dan membaca subhana rabbiyal ‘adhimi (Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung), sebagaimana yang biasa aku lakukan, lalu aku hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba malaikat Jibril datang meletakkan sayapnya di atas punggungku, maka akupun memanjangkan ruku’. Ketika ia mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku, bangkit dari ruku’ (i’tidal)”. Para sahabat bertanya : “Mengapa dia melakukan hal tersebut ?”. Beliau menjawab : “Aku tidak bertanya kepadanya mengenai hal tersebut.”

Lalu malaikat Jibril datang dan berkata : “Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali berjalan cepat-cepat untuk berjamaah di masjid bersamamu. Tetapi di tengah-tengah perjalanan dia berjumpa denga seorang yang laki-laki Nasrani yang sudah tua berjalan sangat pelan dan lambat. Ali menaruh hormat dan memuliakannya, hingga ia tidak mendahuluinya karena ketuaan usianya. Ali menghormati dan menjaga hak orang tua tersebut. Oleh sebab itulah, Allah SWT memerintahkan padaku untuk menahanmu dalam ruku’ sampai Ali mendapati shalat Shubuh berjamaah bersamamu.

Hal itu bukanlah sesuatu yang mengagumkan, karena masih ada kekaguman yang terlebih spektakuler, bahwa karena peristiwa tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada Malaikata Mikail untuk menahan gerak laju matahari dengan sayapnya, hingga ia menjadi terlambat terbit dalam waktu yang tidak sebentar, karena Ali.

Tingginya derajat yang disandang Ali itu karena kemuliaan etikanya terhadap orang tua, sekalipun ternyata dia orang tua yang tidak dikenalnya itu adalah orang Nasrani.

LihatTutupKomentar