Kisah Tentang Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah



عَنْ اِبْنِ مَسْعُوْدِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اَلْفَاجِرُ الرَاجِى رَحْمَةِ اللهِ اَقْرَبُ اِلَى اللهِ تَعَالَى مِنَ الْعَابِدِ الْمُقْنِطِ.

Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud ra dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Orang durhaka yang tidak putus asa dari rahmat Allah SWT lebih dekat kedudukannya di hadapan-Nya daripada ahli ibadah yangg membuat putus asa.”


Tong Sampah Yang Terhormat

Pada zaman dahulu kala di era Nabi Musa terdapatlah seseorang yang meninggal dunia. Orang-orang yang ada di sekitarnya enggan untuk memandikan dan menguburkannya, karena menurut pandangan mereka dia adalah orang yang fasik. Mereka memandang dan memperlakukannya dengan keji, mereka menyeret kaki mayat itu lalu melemparkannya ke tong sampah dengan penuh kehinaan.

Lalu Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Musa dan berfirman : “Hai Musa ! Ada seseorang yang meninggal dunia di suatu perkampungan yang diperlakukan dengan dan dibuang ke tempat sampah. Mereka tidak memandikan, mengkafani, dan tidak pula menguburkannya sebagaimana layaknya manusia terhormat. Padahal di adalah wali-Ku. Maka sekarang pergilah ke tempat, mandikanlah ia, kafani, shalati, dan kuburlah ia.”

Lalu Nabi Musa datang ke tempat tersebut dan bertanya kepada mereka mengenai mayit tersebut. Mereka menjawab : “Memang ada orang yang telah meninggal dunia, sifatnya begini dan begini, dia adalah orang yang jelas-jelas fasik.” Nabi Musa bertanya : “Di mana tempatnya ? Allah SWT memberi wahyu kepadaku mengenai orang itu. Tunjukkanlah aku dimana tempat mayit itu ?” pinta Nabi Musa.

Akhirnya mereka pergi bersama Nabi Musa ke suatu tempat di mana mereka membuang mayat itu. Ketika Nabi Musa melihat mayat lelaki yang dibuang di tempat sampah dan orang-orang memberitahukan tentang kefasikan perilakunya, maka Nabi Musa bermunajat memohon petunjuk kepada Allah SWT. Dalam munajatnya itu Nabi Musa berkata : “Wahai Tuhanku ! Engkau telah memerintahkan padaku untuk memandikan, mengkafani, menyalati, dan menguburkan mayat ini. Sedangkan kaumnya memberikan kesaksian atas kejelekan dan kefasikannya. Ya Tuhanku ! Engkau Maha Mengetahui daripada mereka dalam hal pujian dan celaan.”

Maka Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Musa : “Hai Musa ! Apa yang mereka ceritakan tetnang perilaku mayit tersebut memang benar dalam pandangan mereka. Tetapi ia benar-benar memohon pertolongan kepada Ku ketika mendekati kematiannya akan tiga hal. Andaikan seluruh makhluk Ku yang berbuat dosa memintanya kepada Ku, tentu aku akan memberikannya. Bagaimana aku tidak memperkenankan dan merahmati orang yang meminta kepada Ku, karena Aku adalah Maha Penyayang di antara para penyayang ( arhamur rahimin).

Nabi Musa bertanya : “Wahai Tuhanku ! apakah tiga hal itu ?”. Allah SWT berfirman memberitahukan kepada Nabi Musa bahwa ketika detik-detik kematian orang itu semakin dekat, dia berkata :

Pertama : “wahai Tuhanku ! Engkaulah yang mengetahui diriku. Aku Telah banyak melakukan kemaksiatan, sementara dalam hatiku aku membenci kemaksiatan itu. Tetapi, karena adanya tiga hal, sehingga membuat aku melakukan kemaksiatan sekalipun jauh di lubuk hatiku yang terdalam membenci kemaksiatan itu. Ketiga hal itu adalah hawa nafsu, teman yang buruk, dan Iblis yang terlaknat. Tiga hal itulah yang menyeretku bergelimang dalam dosa kemaksiatan. Sungguh engkau ya Tuhanku lebih mengetahui apa yang aku ucapkan daripada Aku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku”.

Kedua : “wahai Tuhanku, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku memangbanyak melakukan kemaksiatan, karena tempat tinggalku bersama orang-orang yang fasik. Akan tetapi, pada dasarnya aku senang berteman dengan orang-orang shaleh dan zuhud. Bertempat tinggal bersama mereka lebihaku senangi daripada bertempat tinggal bersama orang-orang fasik.

Ketiga : “Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa orang-orang shaleh lebih aku cintai daripada orang-orang fasik. Hingga andaikata ada dua orang yang menemuiku, yang satu shaleh dan yang lainnya fasik, tentu aku akan mendahulukan kepentingan orang-orang shaleh tersebut di atas kepentingan orang fasik.”

Menurut riwayat Wahab Ibnu Manbah, dalam munajatnya orang laki-laki tersebut berkata kepada Tuhannya. : “Wahai Tuhanku ! jika engkau memaafkan dan mengamouni dosa-dosaku, tentu hal ini akan menggembirakan para wali dan nabi-Mu. Sementara setan-setan akan yang menjadi musuhku dan musuh-Mu akan bersedih. Akan tetapi seandainya Engkau menyiksaku dengan sebab dosa-dosaku, tentu hal itu akan menggembirakan setan dan bala tentaranya. Sementara para wali dan nabi-Mu akan bersedih. Aku mengetahui bahwa kegembiraan para wali dan nabi itu lebih Engkau cintai daripada kegembiraan setan dan bala tentaranya. Oleh sebab itu, ampunilah dosa-dosaku, ya Allah Yang Maha Pengampun, sesungguhnya Engkau lebih mengetahui kesungguhan apa yang telah aku ucapkan daripada aku sendiri. Rahmatilah aku dan ampunilah dosa-dosa ku, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.

Allah SWT befirman : “Maka aku merahmatinya, mengampuni, dan menghapus dosa-dosanya, karena aku adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, terlebih pada orang yang mengakui dosa-dosanya di hadapanku. Hamba ini, benar-benar telah bertobat dan mengakui dosa-dosanya. Maka aku mengampuni dan menghapus dosa-dosanya. Wahai Musa, lakukanlah apa yang aku perintahkan kepadamu. Dengan sebab kemuliaannya, Aku akan mengampuni orang-orang yang menshalati dan berpartisipasi dalam pemakamannya”.
LihatTutupKomentar