Selilit Ikan Paus
Wahai saudara-saudaraku, janganlah Anda bersedih hati karena persoalan
rezeki, dan jangan sampai rizki Anda menjadi penghalang untuk taat kepada
Allah SWT. Allah SWT berfirman : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di
bumi melainkan Allah lah yang memberi rizkinya.” (QS.Huud ayat 6)
Di dalam suatu khabar dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan jenis burung
hijau di udara, di atas punggungnya terdapat semacam tombak dan di bawah
perutnya juga terdapat tombak. Dan Allah SWT menciptakan ikan paus di
lautan, pemakan daging ikan. Daging ikan yang dimakan itu masuk di antara
gigi-giginya, yang dirasakan sakit dan membahayakan baginya. Untuk
mengatasi ini, ikan tersebut mengeluarkan kepalanya dari permukaan air lalu
membuka mulutnya (menganga).
Burung yang memiliki dua tombak, di atas punggung dan di bawah perutnya
tersebut datang, masuk ke dalam mulutnya yang menganga itu, memakan dan
memakan daging yang berada di sela-sela gigi-gigi ikan paus, yang ternyata
menjadi makanan favoritnya. Sementara dua tombak yang dimiliki oleh burung
itu berfungsi sebagai tiang penyangga rahang atas dan bawah mulut ikan
paus, hingga mulutnya tak bisa bisa terkatup dan burung-burung itu
terhindar dari dimakannya. Ketika daging di gigi-gigi ikan paus sudah
habis, barulah burung-burung tersebut keluar dari mulut ikan paus dan
terbang lagi ke udara.
Allah SWT menjadikan rizki burung tersebut di antara gigi-gigi ikan paus.
Setelah selesai berselilit ikan paus kembali ke tempatnya dengan nyaman,
sementara burung-burung itu terbang kembali ke angkasa dengan kenyang.
Masing-masing dari keduanya menjadi sebab atas yang lainnya dengan saling
menguntungkan. Allah SWT tidak membiarkan burung tanpa rizki. Lalu
bagaimana mungkin Allah SWT membiarkan manusia tanpa rizki.
Burung Gagak Membawa Roti.
Pada suatu hari Ibrahim bin Adham pergi berburu. Di tengah-tengah berburu
ia beristirahat, menghamparkan tikar di suatu tempat lalu menikmati
perbekalan yang dibawanya. Ketika ia sedang asyik menikmati makanan,
tiba-tiba datang seekor burung gagak menyambar sebuah roti dari bekalnya
dengan paruhnya, lalu ia membawanya terbang ke udara.
Ibrahim terheran-heran dengan kejadian itu, maka ia segera menaiki kudanya
dan mengikuti burung tersebut, sampai burung tersebut menaiki gunung dan
hilang dari pandangan matanya. Ibrahim terus mengejarnya dan mengikutinya
dari kejauhan. Ketika Ibrahim berusaha mendekat, untuk mengetahui apa yang
sebenarnya dilakukan oleh burung itu, segera burung itu terbang ke udara
menjauhinya. Lalu Ibrahim melihat seseorang yang terikat tali dalam keadaan
terlentang di atas tengkuknya, memakan roti yang dibawa burung tersebut.
Melihat laki-laki yang terbelenggu itu, Ibrahim turun dari kudanya dan
melepas tali yang mengikatnya. Kemudian ia bertanya mengenai keadaan yang
dialaminya, mengapa hal itu sampai terjadi. Laki-laki itu berkata
menceritakan peristiwa yang dialaminya : “Aku adalah seorang pedagang,
ketika aku membawa barang daganganku, lalu mereka mengikat dan melemparkan
aku ke tempat ini. Aku terbujur di tempat ini selama tujuh hari. Anehnya,
setiap hari datang burung gagak dengan membawa roti dan duduk di dadaku.
Dia memotongnya dengan paruhnya dan menyuapkannya ke mulutku. Allah SWT
yang Maha Pengasih tidak membiarkanku dalam keadaan lapar dalam hari-hari
tersebut.” Kemudian Ibrahim menaiki kudanya bersama laki-laki itu dan
membawanya pulang ke rumahnya.
Setelah kejadian itu, Ibrahim bertaubat dan kembali kepada jalan Allah SWT.
Dia lepaskan pakaian kebesarannya berganti dengan pakaian wol sederhana.
Dia bebaskan budak-budaknya. Dia wakafkan tanah-tanah dan harta benda yang
dimilikinya. Dia ambil sebuah tongkat dan memegangnya lalu berangkat menuju
Makkah tanpa bekal dan kenderaan. Dia bertawakkal kepada Allah SWT dan
tidak merasa susah dalam masalah perbekalan. Dia tidak merasakan lapar,
sehingga ia sampai ke Ka’bah. Dia bersyukur kepada Allah SWT dan
memuji-Nya. Dia membaca ayat :
“....Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq ayat 3)